Minggu, 26 Juni 2011

MENGUMPAT

Berani? Jangan diam. Berakal? Jangan sok pintar. Punya hati? Jangan sok suci. Persetan.

MELUDAH

Untuk para setan manusia: kulum sana kemaksiatan dunia! Pahitnya akan terasa biasa. Cih, dekat neraka minta surga. Suatu hari kau akan binasa.

MEREKA YANG TIDAK BERSYUKUR

Sudah untung tidak buntung. Banyak kepala dipacung, hidup luntang-lantung, nyawa sudah diujung. Keluh Kesah dibilang pantas? Lihat sepintas!

FPI

Sesungguhnya hanya merekalah yang mengharamkan segala sesuatu yang halal.

TERIMA KASIH RA KARTINI

Bukan karena uang, harta, maupun gaya hidup Borjuis. Namun karenanya kalian-kalian betina Hedonis dapat menikmati dunia luar dengan tampilan necis.

Minggu, 08 Mei 2011

ENCOK PEGEL LINU

Sedari tadi tak pengaruh, walau kemudian pergi jauh.

Tampak angkuh, berlagak tak acuh.

Namun..

Baru malam mulai terasa, badan ngilu mati rasa.

Bagai kena air raksa, ini dia datang siksa.

Jumat, 17 Desember 2010

MISTERI DIBALIK KATA BIJAK

Tanya: Mengapa manusia diciptakan untuk membuat kesalahan?

Jawab: Untuk mereka belajar.

Tanya: Mengapa mereka perlu belajar dari kesalahan?

Jawab: Untuk dapat melakukan sesuatu yang benar.

Tanya: Mengapa perlu melakukan sesuatu yang benar?

Jawab: Untuk tidak dapat melakukan sebuah kesalahan.

Tanya: Jadi mengapa manusia diciptakan untuk membuat kesalahan??
Kalau harus belajar dari kesalahan terus menerus kapan benarnya?


Ketika anda mendengar seseorang berkata:
1. tidak apa-apa untuk melakukan kesalahan karena itu yang membuat kita belajar akan kebenaran;
jadi apabila kita melakukan kebenaran apakah itu berarti kita belajar untuk melakukan kesalahan?
Ah! Memang bisa-bisanya saja orang-orang berbicara seperti itu.
Benar ya benar, salah ya salah. Kenapa jadi dipersulit sok-sokan berfilosofi berlagak jenius?
Membenarkan pernyataan yang jelas-jelas salah itu saja sudah melakukan suatu kesalahan. Dimana letak kejeniusannya?
Lagipula jika diimbangi dengan pernyataan:
2. belajar dari kesalahan agar tidak melakukan kesalahan yang sama;
itu sama saja melakukan dua kali kesalahan.
Bukannya sudah dibilang tadi bahwa dengan membenarkan pernyataan pertama saja sudah melakukan sebuah kesalahan, jika ditambah dengan membenarkan pernyataan kedua, dua kesalahan sudah dilakukan.
Jenius? Pikir lagi. Jangan sampai anda membuat kesalahan ketiga kalinya dengan membenarkan bahwa pemikiran-pemikiran tersebut adalah jenius.

Pada kenyataannya yang dicari adalah pembenaran diri, pembenaran diri untuk mendukung bahwa ia melakukan kesalahan dengan benar karena ada sisi pembelajarannya. Daripada membenarkan tindakan yang jelas-jelas merupakan kesalahan, bukankah lebih baik menyalahkan tindakan yang jelas-jelas merupakan kebenaran? Seperti yang sedang saya lakukan.

Rumit bukan? Itulah hidup.